Sesuai rencana, hari ini sharing sedikit materi ujian adab untuk esok hari insyaAllah. Kami menggunakan muqarrar mukhtashar hilyah thalibil ‘ilmi, ringkasan yang disusun oleh DR.Muhammad bin Fahd Al-Wad’an rahimahullahu dari matan yang ditulis oleh syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid rahimahullahu. Tapi yang kupakai ini syarah dari syaikh Muhammad bin shalih Al-Utsaimin rahimahullahu.
Kitab ini terbagi ke beberapa bab. Yang tertera pada gambar dibawah merupakan kutipan dari bab kedua yaitu tata cara menuntut dan mengambil ilmu.
Ada beberapa poin yang harus diperhatikan dalam menuntut setiap cabang ilmu:
1. Menghafal mukhtashar (ringkasan) dari setiap cabang ilmu yang dipelajari.
2. Mempelajarinya di hadapan guru yang mutqin.
3. Tidak menyibukkan diri dengan kitab muthawwalah (panjang dan tebal) dan kitab yang bermacam-macam sebelum kuat pondasi keilmuannya.
4. Jangan berpindah dari kitab mukhtashar ke kitab yang lain tanpa alasan. Ini termasuk penghalang.
5. Mencatat faidah-faidah ilmiah.
6. Mengumpulkan semangat menuntut ilmu dan mempelajarinya. Serta memberi perhatian lebih agar memperoleh pencapaian yang lebih tinggi hingga nantinya bisa mempelajari kitab muthawwalah dengan cara yang benar.
Pada halaman selanjutnya disebutkan nama-nama kitab ringkas sampai kitab-kitab besar yang menjadi dasar dalam menuntut ilmu dan sangat disarankan belajar pada para guru yang kompeten. Biasanya kitab yang digunakan berbeda satu daerah/negara dengan negara yang lain. Disesuaikan dengan mazhab setempat serta berdasarkan pengalaman belajar para ulama di daerah tersebut. Para ulama di Kerajaan Saudi Arabia-KSA melewati tiga tingkatan dalam belajar, yaitu: mubtadi’in (pemula), kemudian mutawassith (pertengahan), lalu mutamakkin (pemantapan).
Adapun kitab yang digunakan, yaitu:
Dalam cabang ilmu tauhid: Tsaalatsatul Ushul wa Adillatuha (tiga landasan beserta dalil-dalilnya), Qawa`idul Arba’ (empat kaidah), dilanjut dengan Kasyfu Syubuhat (menyingkap syubhat), lalu Kitabut Tauhid.
Dalam pelajaran tauhid asma dan sifat: Aqidah Wasithiyah, kemudian Al-Hamawiyah dan Tadmuriyah, lalu Thahawiyah dengan syarahnya.
Dalam pelajaran nahwu, yaitu: Al-AJurumiyah, kemudian Mulhatul I`rab karya Al-Hariri, dilanjut dengan Qathrun Nada` karya Ibnu Hisyam dan Alfiyah Ibnu Malik bersama syarahnya karya Ibnu Aqil.
Dalam bidang hadits: Arba`in An-Nawawiyah, kemudian Umdatul Ahkam karya Al-Maqdisi, lalu Bulughul Maram karya Ibnu Hajar dan Al-Muntaqa karya Al-Majd Ibnu Taimiyah.
Dalam bidang Mushthalah: Nukhbatul Fikr karya Ibnu Hajar kemudian Alfiyah Al-Iraqi.
Dalam bidang fiqih misalnya: Adabul Masyyi Ila Shalah, kemudian Zadul Mustaqna` karya Al-Hajawi, atau ‘Umdatul Fiqh, lalu al-Muqni` untuk mempelajari perbedaan dalam mazhab, dan Al-Mughni untuk mempelajari perbedaan yang lebih tinggi.
Dalam Ushul Fiqh: Al-Waraqat karya Al-Juwaini, kemudian Raudhatun Nadhir karya Ibnu Qudamah.
Dalam ilmu faraidh: ar-Rahbiyah,dengan syarahnya, dan Al-Fawaid Al-Jaliyyah.
Dalam tafsir: Tafsir Ibnu Katsir.
Dalam ushul tafsir: Al-Muqaddimah karya Ibnu Taimiyah.
Dalam bidang sirah: Mukhtashar Sirah Nabawiyah karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab yang berasal dari karya Ibnu Hisyam, dan Zadul Ma’ad karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah.
Dalam bidang lisanul arab (bahasa arab): banyak mempelajari syair-syairnya seperti Mu`allaqat sab`, membaca Kamus Al-Muhith karya Fairuzabadi. Rahmatullahi ‘alaihim jami`an.
***
Pembahasan di atas penting sekali menurutku, sering kita terburu-buru ingin tahu banyak hal sehingga berpindah-pindah majelis ilmu dan membaca buku-buku dengan pembahasan berat yang sebenarnya belum layak kita pelajari sebab dangkalnya pemahaman ushul kita. Akhirnya ilmu yang kita dapat tidak mendalam dan menyeluruh. Hanya menjadi wawasan tanpa pemahaman yang berarti.
Ustadz kami hafizhahullahu sering menasihati di kelas,
من حرم الأصول حرم الوصول
“Barangsiapa tidak bisa memahami ilmu ushul (ilmu alat), tidak bisa baginya menguasai cabang-cabangnya.”
Yuk mulai belajar kitab secara runut! 😉
Candra A.S Prahastiwi
Ambulu, 25 Desember 2017